stop LPI vs PSSI

JAKARTA (Pos Kota) – Munculnya Liga Primer Indonesia (LPI) seolah membuat PSSI alergi. Terkesan ada upaya agar embrio tersebut tetap kerdil. Padahal kalau mereka (LPI dan PSSI) bisa duduk bersama akan membawa wajah persepakbolaan nasional yang kini telah dicintai masyarakat, bakal lebih bersinar lagi.
Pengamat sepakbola nasional, Jusuf Rizal, yang pernah menjadi pengurus PSSI di era awal rezim Nurdin Halid sebagai Ketua Umum PSSI kepada Pos Kota mengatakan, pembinaan sepakbola bukan mutlak milik PSSI.
“Jika ada masyarakat yang memiliki inisiatif untuk memajukan sepakbola seharusnya memberikan aspirasi dan ikut mendukung,” ujar pria yang pernah memutar kompetisi yunior Ligana Milo, Extrajoss dll, Rabu (5/1) di Jakarta.
Kalau perseteruan ini tidak bisa diselesaikan, kata dia, tentunya yang rugi para pemain. “Mari kita sama-sama selamatkan tim Garuda ini,” katanya.
JANGAN MUNDUR LAGI
Mantan pemain PSSI Binatama tahun 1980-an Gatot Hario Sutejo mengatakan, adanya LPI sebetulnya memiliki tujuan yang bagus yakni ikut membantu mengembangkan sepakbola nasional. Namun  harus lihat dulu secara hukum.
“Kalau PSSI memiliki afiliasi ke FIFA sebagai badan sepakbola dunia. Nah LPI ada dimana?,” katanya.
“Saya berharap masalah ini tidak berlarut-larut karena sepakbola kita sekarang sudah dicintai masyarakat. Jangan adanya perseteruan ini sepakbola kita mundur kembali,” jelasnya.
Sementara pengamat sepakbola lainnya, Edi Elison, berharap pemerintah mau menjadi moderator untuk menyatukan LPI dengan PSSI untuk mencari win-win solution. “Kuncinya sebetulnya ada di PSSI, mau gak mereka membuka diri. Saya berharap PSSI tak kaku menerapkan pasal-pasal yang ada di FIFA. Dengan adanya LPI sebetulnya yang diuntungkan PSSI karena banyak sumber daya pemain sepakbola yang bisa didayagunakan,” tutupnya.
KELUARKAN POLITISI
Kisruh yang terjadi saat ini menurut para pengamat tak lepas dari kondisi di tubuh PSSI yang saat ini banyak dihuni politisi. Seharusnya politisi dan pengurus PSSI yang sudah tua menyingkir dari PSSI,
“Harus ada perubahan total. Keluarkan para politisi di PSSI, bersihkan. Orang tua diganti orang muda yang profesional dan independen,” kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti, kemarin.
Untuk diketahui,ternyata kepengurusan PSSI 2009-2011 memang diisi oleh beberapa politisi dari aneka parpol. Antara lain, TM Nurlif dan Ahmadi Noor Supit (Golkar) sebagai anggota Komite Eksekutif PSSI; Achsanul Qosasi (Demokrat) sebagai Deputi Bidang Keuangan dan Akuntansi, Syarifudin Sudding sebagai wakil ketua Komite Disiplin, dan ˜Ketua Umum PSSI Nurdin Halid (Golkar)


Menurut Ray, para politisi berlomba-lomba mengklaim kecintaan mereka terhadap sepak bola sehingga mulai mengganggu pertumbuhan timnas. Ray menyatakan, seharusnya Timnas dikelola untuk prestasi bukan untuk keuntungan politisi. “Ada andil politisi yang rebutan perhatian timnas tanpa mereka memikirkan akibatnya seperti apa,” katanya.
Sementara itu, anggota Komisi X DPR I Gede Pasek Suardika menyatakan, PSSI memang perlu reformasi total. Karena, di bawah Nurdin Halid, tak ada prestasi yang memuaskan buat rakyat. “PSSI butuh reformaasi karena masyarakat menginginkan prestasi. Yang kurang dari PSSI adalah prestasi,” katanya

Categories:

Leave a Reply